PERTUMBUHAN
EKONOMI 2012, 2013, DAN 2014
A. Pertumbuhan Ekonomi 2012
Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2012 cukup
menggembirakan di tengah perekonomian dunia yang melemah dan diliputi
ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup
tinggi, yaitu 6,2%, dengan inflasi yang terkendali pada tingkat yang rendah
(4,3%) sehingga berada pada kisaran sasaran inflasi 4,5±1%. Di tengah
menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh
permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi
makro dan sistem keuangan yang kondusif sehingga memungkinkan sektor rumah
tangga dan sektor usaha melakukan kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Selain
itu, kuatnya permintaan domestik di tengah melemahnya kinerja ekspor
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan.
B.
Pertumbuhan Ekonomi 2013
Tahun 2013 adalah tahun
penuh perubahan dan tantangan bagi perekonomian Indonesia. Di tengah berbagai
masalah struktural yang belum terselesaikan, perubahan kondisi ekonomi global
di tahun 2013 memunculkan ancaman terhadap stabilitas makroekonomi dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia dan Pemerintah mampu mendorong ekonomi bergerak ke tingkat yang lebih
seimbang dan mengembalikan stabilitas makroekonomi. Ke depan, perekonomian
Indonesia diperkirakan lebih baik, meskipun berbagai risiko perlu terus
diantisipasi. Kebijakan Bank Indonesia di tahun 2014 akan tetap fokus pada
upaya menjaga stabilitas makroekonomi. Upaya-upaya ini tetap harus didukung
oleh percepatan reformasi struktural dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh lebih
tinggi, namun sejumlah risiko dan tantangan perlu diantisipasi. Sejalan dengan
membaiknya perekonomian dunia, terutama pada semester II 2013, perekonomian
Indonesia tumbuh sebesar 6,3-6,8% dengan inflasi tetap terjaga sesuai dengan
sasaran Bank Indonesia sebesar 4,5±1%. Permintaan domestik tetap menjadi
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Namun sejumlah tantangan dan risiko perlu
diantisipasi untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.
Pertama, konsumsi BBM yang terus meningkat di tengah semakin menurunnya
produksi migas dalam negeri akan terus meningkatkan impor migas dan beban
subsidi sehingga semakin menambah tekanan terhadap kesinambungan fiskal dan
defisit transaksi berjalan. Kedua, struktur perekonomian dengan ketergantungan
impor yang tinggi khususnya untuk barang modal dan bahan baku, dalam jangka
pendek dapat menimbulkan kerentanan terhadap keseimbangan eksternal ketika
kegiatan investasi terus mengalami peningkatan. Kebijakan moneter akan ditempuh
secara konsisten untuk mengarahkan inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran
yang ditetapkan. Kedua, kebijakan nilai tukar akan diarahkan untuk menjaga
pergerakan rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga, kebijakan
makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan. Keempat,
penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mendukung efektivitas kebijakan
Bank Indonesia. Kelima, penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah
dalam mendukung pengelolaan ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan.
C.
Pertumbuhan Ekonomi 2014
Tahun 2014 yang baru saja berlalu
ternyata kembali menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian
Indonesia. Kondisi ekonomi global tidak secerah prakiraan semula. Pemulihan
memang terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan
kecepatan yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak merata. Harga komoditas
dunia pun terus melemah karena permintaan belum cukup kuat, khususnya dari
Tiongkok. Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan the Fed telah
meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia. Sebagai negara
berkembang (emerging market), kita turut merasakan adanya pergeseran arus modal
asing keluar dari Indonesia. Selain itu, kita juga dapat mengamati adanya
divergensi kebijakan moneter di negara-negara maju. Berbeda dengan the Fed yang
berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya, bank sentral Jepang dan
Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif.
Perekonomian
Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai
Rp41,8 juta atau US$3,531.5. Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen
melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi
sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar
12,43 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan
IV-2013 tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.
Ekonomi
Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan
triwulan sebelumnya. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman
pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44
persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto. Secara
spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas
perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar
4,66 persen.
DAFTAR PUSTAKA
17, April, (2019) Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Tahun 2014 tumbuh 5,02 Persen, melambat
0 komentar:
Posting Komentar